Sabtu, 24 Desember 2011

Manusia Kerdil Di Taman Nasional Merubetiri


Akhir akhir ini kawan kawan pencinta alam Jember lagi seneng ngobrol tentang manusia kerdil di Taman Nasional Merubetiri. Gara garanya, salah satu televisi swasta Indonesia sedang mengangkat tema ini.

Sebenarnya fenomena manusia kerdil tidak hanya ada di TN Merubetiri. Di beberapa wilayah di dunia juga ditemukan manusia kerdil, bahkan yang kerdil sekali.

Saat saya mencari di mesin pencari tentang manusia kerdil, saya menemukan banyak definisi. Dari yang menganggapnya benar benar ada, hingga yang dengan tegas mengatakan bahwa manusia jenis liliput ini hanyalah mitos belaka.



Bagaimana dengan manusia kerdil di Merubetiri?

Orang orang yang hidupnya ada di sekitar Taman Nasional biasa menyebut manusia kerdil ini dengan sebutan wong wil, atau owil, atau ada juga yang menyebutnya siwil.

Anatomi tubuh makhluk ini sama seperti manusia pada umumnya. Hanya saja mereka kerdil. Tingginya tidak lebih dari satu meter. Dan telanjang. Beberapa dari mereka menutupi badannya dengan kain yang mereka temukan di sungai.

Saya pernah bercakap cakap dengan Pak Budi, salah seorang petugas TN Merubetiri yang katanya pernah memergoki keberadaan para siwil ini. Menurut beliau, siwil paling suka mencari udang dan ikan di susuran sungai yang ada di hutan. Biasanya mereka mempersenjatai diri dengan tongkat kayu yang ujungnya runcing.

Masih dari cerita Pak Budi, para siwil ini bisa berbahasa jawa ngoko (kasar). Tapi yang sering keluar dari mulutnya hanyalah suara suara tidak jelas. Terkadang mirip dengan suara bebek.

Keberadaan manusia kerdil di Merubetiri juga pernah diteliti oleh dua peneliti asal inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden. Mereka meneliti pada tahun 1992 atas biaya organisasi flora dan fauna Internasional. Meskipun telah melakukan penelitian yang lumayan panjang dan didukung oleh peralatan yang lumayan canggih, mereka tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan.

Pandangan saya pribadi tentang manusia kerdil di Merubetiri.

Melihat sejarah negeri ini, ada banyak kemungkinan bila manusia kerdil tadinya adalah orang orang buangan. Atau mereka yang sengaja mengasingkan diri. Bisa jadi sejak jaman kerajaan, bisa juga sejak jaman penjajahan. Yang pasti, mereka adalah orang orang yang tidak mau hidupnya terkungkung oleh upeti, atau tidak ingin dipaksa jadi prajurit, atau bahkan mereka lari dari kewajiban tanam paksa dan semacamnya.

Mereka kemudian menemukan kemerdekaan di dalam hutan. Tentu saja untuk bertahan hidup, mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketidakpercayaannya terhadap manusia lain membuat mereka menghindar dari orang asing. Dan ini berlaku turun temurun secara genetis.

Nah, karena mereka jauh dari lautan, ada banyak kemungkinan jika mereka tidak mengkonsumsi garam beryodium. Kita tahu, orang yang kekurangan zat yodium akan berpengaruh terhadap perkembangan tubuhnya.

Alasan kedua, karena mereka ada di dalam hutan yang pohonnya lebat, menyebabkan mereka kekurangan akan sinar matahari. Ini juga tidak baik terhadap perkembangan tubuh.

Dan yang terakhir, mereka dituntut untuk regenerasi. Padahal jumlah mereka sedikit. Dan mereka menutup diri dengan dunia luar. Yang terjadi adalah perkawinan antar lawan jenis dengan kekerabatan yang dekat. Atau bisa jadi dengan saudara sedarah. Ini sangat berpengaruh terhadap generasi yang dilahirkan.


Sumber :  http://www.acacicu.com/2011/02/manusia-kerdil-di-taman-nasional.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Negara Pengunjung

free counters
Runescape Book

Bagaimana menurutmu tentang blog ini