Ketika aku mengunjungi di desa nenekku, tempatnya di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana ada patokan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Aku melihat tanah Malaysia dan desa-desa di negara Malaysia, disitu aku bertemu sahabatku, Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail, tetapi setelah sekian lamanya aku tidak pergi ke desa, dia menghilang. Berhari-hari aku mencarinya tetapi mereka.....
***
Namaku
Fariz Al Fikri, waktu itu ketika liburan sekolah aku mengunjungi ke Rumah
Nenekku, yang berada di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur. Disana aku melihat
perbatasan antara negara Indonesia dan negara Malaysia yang dipatoki sebuah
batu.
Ketika
aku mengelilingi desa-desa di pulau itu, aku mengunjungi perbatasan, aku
bertemu seorang anak laki-laki yang bermain dengan teman-temannya, dia
memanggilku
“Hey, kau dari mane, mau ikut bermain ?” tanya Mohd.
Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
“Hurrrmm, saya dari Jakarta, Indonesia. Okey, aku ikut”
jawab ku, dengan nada riang
“Jom (ayo), main bersama-sama teman aku” ajak Mohd.
Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail sambil lari
Aku
pun ikut lari menghampiri mereka.Sangking enaknya mainan bersamanya, aku jadi
lupa waktu, aku dipanggil ibuku untuk makan siang, aku pun menghentikan untuk
bermain dan menuju ke rumah.
Keesokan
harinya, mereka menjemput ku ke rumah nenenk.
“Assalamu’alaikum, makcik Fariz ada ke ?” tanya Mohd.
Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail kepada ibuku
“Ada, sebentar aku panggilkan ye” jawab ibuku sambil
mencari ku kedalam rumah.
Ketika aku sedang menonton tv, aku dipanggil ibuku,
bahwa ada yang mencariku, aku langsung bergegas ke teras.
“Eh, korang (kalian).. ade ape ni ?” tanya ku
“Fariz, Jom (ayo) Main” ajak teman-teman
“Oke, oke, aku pamit ibuku dulu ya” jawabku,
Kami
bermain dengan senangnya, sampai – sampai kami kecapekan dan kami pun
beristirahat di sebuah gubuk. Kami membeli sebuah minuman untuk menghilangkan
rasa haus di leher kami. Rahman pun bertanya kepadaku, Afan, dan Haziq.
“Eh, bagamana law (kalau), kite buat persahabatan,
setuju tak korang (kalian) ?” tanya nya
“Hurmm, setuju-setuju ^_^” jawab ku, Afan, dan Haziq.
Sejak
itu persahabatan kami dimulai, dan kami menulis di tiang gubuk dengan tanggal
10-10-2002, dengan sebuah pisau, agar kami ingat jikalau kami besar nanti, kami
tidak akan terlupa.
***
2 Minggu Kemudian
Waktu
liburan ku sudah habis, aku pun berpamit kepada mereka untuk mengucapkan
selamat tinggal pada mereka dan memekuk memeluk mereka.
“Aku pergi dulu ya, aku janji liburan besok pasti
balik lagi, okey” janjiku padanya
“okey – okey, jangan lupakan kami” kata Haziq
“iya, Riz. Kami selalu merindukanmu” jawab, Afan dan
Rahman
“Iya, aku tak akan melupakan korang (kalian)” sahutku
dengan rasa sedih..
Setelah
aku berpamit, aku langsung masuk mobil menuju bandara untuk kembali ke Jakarta,
aku pun melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal.
Sesampai
di Jakarta, aku melihat foto ku bersamanya, waktu bermain – main, aku bercerita
kepada teman-temanku di sekolah, ketika pengalaman ku di Desa. Hari demi hari
aku jalani, sudah berbulan-bulan lamanya mendekati liburan lagi, aku ingin
kembali ke Desa, aku pun bertanya kepada kedua orang tuaku ketika sedang di
Ruang Keluarga.
“Ayah, Ibu, sebentar lagi kan liburan, kembali ke Desa
tidak ?” tanya ku
“Maaf nak, liburan ini kita tidak ke rumah nenek, Ayah
dan Ibu masih sibuk dengan pekerjaan kami” jawabnya
“Yah, Ayah Ibu kenapa tidak ke desa ? aku kan kangen
sama sahabtku disana. Apakah ayah dan ibu tidak rindu kepada nenek ?” tanyaku
kembali, dengan rasa kesal.
“Kita semua kangen nak, tapi bagaimana lagi ? kami
sibuk dengan masalah pekerjaan” jawab nya
“Ya sudah lah.. liburan kali ini tak seru” jawabku
dengan kesal dan langsung menuju kamar.
Aku
menuliskan surat untuk ke-3 sahabatku yang berisi :
“Hari Sobat, Bagaimana
kabarmu ? baik-baik saja bukan ?, disini aku baik-baik saja, oh ya maaf liburan
kali ini, aku tidak bisa berkunjung ke desa. Sebab, orang tua aku ada masalah
dengan pekerjaannya. Maaf ya, sobat, mungkin liburan selanjutnya aku akan
kembali ke desa. Aku akan selalu merindukan mu sobat.”
Salam Manis, Fariz
Beberapa
minggu kemudian, dia membalas surat ku dia agak kecewa dengan ku karena, aku
tidak bisa menepati janji. Suratnya berisi :
“Kami juga baik-baik saja.
Syukurlah kalau kamu baik-baik saja, kami kecewa Riz. Kenapa kamu tidak
kembali, kami sangat rindu padamu Riz. Aku ingin liburan selanjutnya kamu
kembali disini. Kami juga merindukan Riz”
Salam kangen, Rahman, Afan,
dan Haziq
***
10
tahun kemudian
Aku
sudah masuk ke Universitas, aku lupa dengan janjiku bahwa aku akan kembali ke
desa, tetapi selama 10 tahun ini aku tidak kembali. Tetapi orang tuaku sudah
berjanji bahwa liburan kali ini akan ke desa, aku pun sangat senang ketika
orang tua ku memberi kabar itu.
Beberapa
hari kemudian, aku dan orang tuaku menuju desa, setelah sampai aku pun menaruh
barang-barang ku ke kamar dan bersalaman kepada nenek. Aku pun lari keluar
rumah untuk menuju rumah Rahman, Afan, dan Haziq, sesampai disana rumahnya
sudah kosong dan dibuat lahan pertanian. Aku langsung bergegas kembali ke rumah
mencari informasi kepada nenek.
“Nek, kenapa rumah sahabatku menjadi lahan pertanian
?” tanyaku
“Siapa ? sahabatmu yang mana nenek tidak tahu”
jawabnya
“Itu nek, anaknya Mak Cik Annis (orang tua Rahman),
Pakcik Ashrif (orang tua Afan), dan Encik Syahdi (orang tua Haziq) ?” jelasku
kembali
“Oh itu, itu sudah pindah 5 tahun yang lalu nak”
jawabnya
“Lantas, pindah kemana mereka ?” tanya ku dengan rasa
ingin tahu
“Mereka pindah di Kinabalu, Sabah, Malaysia. Kata
orang tuanya mereka kuliah di Universiti Sabah Malaysia” jawab nenek sambil
menjahit sebuah pakaian.
Setelah
nenek menjelaskan semua, aku pun meminta izin kepada orang tua ku dan ingin
menemui sahabatku yang sangat kurindukan. Setelah orang tuaku mengizinkan aku
pun langsung bergegas menuju Kota Kinabalu, Malaysia.
Sesampai
di sana, aku mengunjungi Universiti Sabah Malaysia, dan aku pun tanya kepada
salah satu guru disitu.
“Encik, apakeh disini ade murid yang bername, Mohd.
Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail ?” tanyaku sambil
berbahasa Malaysia
“Dulu dia murid disini, but (tetapi) dia sudah pergi
(pindah) 2 tahun yang lalu” jawabnya
“Maaf law (kalau) boleh tau, pindah dimana ya ?”
tanyaku lagi
“Mereka pindah di Universiti Tunku Abdulrahman, Kuala
Lumpur”
“Oh, okey terima kasih encik, atas informasinya”
“sama-sama”
Setelah
mendapatkan informasi itu, aku pergi ke bandara untuk keberangkatan di Kuala
Lumpur. Setelah 2 jam perjalanan, aku pun sampai di sana. Aku beristirahat
disebuah apartemen, dan besok aku akan bergegas ke Universiti Tunku
Abdulrahman.
***
Keesokan
Harinya
Setelah
menghirup udara yang segar dan masih pagi, aku pun langsung menuju ke
Universiti Tunku Abdulrahman, dan aku minta informasi fakultas apa yang dia
masuki. Ketika berada di ruang guru, dan bertanya untuk mencari informasi
tersebut, salah satu guru pun bilang kepadaku.
“Siape ? Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan
Haziq Bin Mail ? mereka sudah pergi (pindah) 1 tahun yang lalu” jawabnya
“Mereka pergi (pindah) dimana Encik ?” tanyaku
“Mereka pergi (pindah) di Universiti Perlis Malaysia”
jawabnya
Setelah
mendapat informasi tersebut aku langsung berpamit menuju bandara untuk
keberangkatan menuju Perlis sekitar 1 jam perjalanan dan menunggu di bandara 2
jam. Aku sangat capek, aku memutuskan untuk mencari hotel agar bisa
beristirahat sejenak.
Ketika
usai mencari hotel, saya menuju Universiti Perlis Malaysia. Aku juga tak lupa
membawa foto Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail agar mudah untuk mencarinya, dan sesampai
disana aku bertanya kepada salah satu temannya yaitu, Hanna Aleeya.
“Permisi, kau kenal budak (anak) ini” aku sambil
menunjukkan foto Mohd. Rahman Matnoh, Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail.
“Oh saye kenal, orang tu. Mereka dulu satu kelas same
aku disini, but (tapi) mereka sudah pindah 1,5 tahun yang lalu” Jawabnya
“Kira-kira mereka pindah dimana ?” tanya ku lagi
“Mereka pindah di Alor Setar, Kedah. But (tapi) saye
tak tau di Universiti mana mereka pindah” jawab nya
“Oh, kalau begitu.. kau tahu alamat rumah mereka ?”
tanyaku
“Saya masih ingat, rumahnya di Jalan Kebangsaan
Malaysia III No. 50,54, dan 58 Alor Setar” jawab nya
“Okey, Terima kasih atas informasinya” jawab ku
Setelah
mengetahui informasi tersebut, aku kembali ke hotel karena hari sudah mulai
malam, aku melanjutkan besok untuk mencari sahabat lamaku yang kurindukan.
Keesokan
harinya
Ketika
aku mulai terbangun dari tidur, saya pun bergegas ke Terminal untuk menuju ke
Alor Setar. Aku naik Bus untuk menuju kota tersebut, sekitar 4 jam perjalanan. Aku
memutuskan untuk makan siang di Retoran dan beristirahat sejenak.
Setelah
itu, aku langsung menuju alamat rumah mereka. Ketika mencari alamat tersebut
aku mencari sangat lama, sekitar 2 jam lamanya untuk mencari alamat jalan tersebut. Setelah sampai ke rumah sahabat,
aku pun menuju rumah Haziq.
“Assalamu’alaikum, encik ?”
“Wa’alaikum salam, oh Fariz, apa kahbar ?” tanya nya
“Baik encik, Haziq mane ?” tanya ku
“Jom masuk dulu agar saye jelaskan” jawabnya
Aku pun masuk ke dalam rumah Haziq dan duduk di Ruang
Tamu.
“Rahman, Afan, dan Haziq. Mereka sudah tidak ada Riz,
mereka meninggal dunia tika perjalanan menuju Indonesia, untuk menemui mu.
Pesawatnya jatuh, di pegunungan. Semua penumpangnya meninggal, ketika mendapat
khabar itu, aku pun menangis histeris
:’(“ Jelas nya sambil menangis
“Ape ? Meninggal ? Innalilahi Wa’inallilahi Roji’un Rahman, Afan, Haziq, kenapa boleh (bisa) begini :’(“ aku ikut menangis setelah mendengar cerita itu.
“Ape ? Meninggal ? Innalilahi Wa’inallilahi Roji’un Rahman, Afan, Haziq, kenapa boleh (bisa) begini :’(“ aku ikut menangis setelah mendengar cerita itu.
“Encik akan tunjukkan kau ke makamnya, mereka
meninggal 2 bulan yang lalu”
“Berarti, mereka tak lama meninggal encik ?” tanyaku
“Berarti, mereka tak lama meninggal encik ?” tanyaku
“Betul Fariz,” Jawabnya
Setelah
mendengar kabar itu, aku langsung shock, menangis, dan hati ku sudah tak
karuan, aku mencari dari desa ke kota untuk mencari sahabat lamaku. Ternyata
mereka lebih dulu pergi, mereka meninggal karena aku, yang lupa akan janji ku
dulu :’( . Aku dan Orang Tua Haziq pergi ke makam Rahman, Afan, dan Haziq. Aku pun
menaburi bunga ke makamnya dan mengirimi doa.
Dan
aku pun membersihkan kotoran-kotoran daun-daun yang berserakan di makamnya. Aku
pun melihat dengan rasa sedih duka. Aku hanya bisa mengirimi do’a kepada sahabatku,
aku menyesal dulu aku tidak menepati janji. Sudah 10 tahun lamanya aku tidak
mengasihi kabar akan keadaanku....
“Rahman, Afan, Haziq aku akan mengingatmu” kataku
sambil menangis,
Aku
pun memeluk orang tua Haziq, dan pergi meninggalkan makam, sebelum pergi aku
pergi meninggalkan ,makam sahabtku. Aku pun mengirimi surat ke makamnya, yang
berisi.
“Dear, Mohd. Rahman Matnoh,
Mohd. Arif Al Afan, dan Haziq Bin Mail
Maafkan aku, aku telah
melupakan janjiku, maafkan aku jika aku telah melupakan kalian. Aku sedih,
sendiri, sepi, hanya kamu lah sahabat yang paling setia bagiku, aku ingin kita
bersenang-senang seperti dulu, semoga kalian tenang disana, dan amal kalian
diterima di sisih-Nya. Amin
Salam Rindu, Fariz”
Kini, tinngal aku seorang diri, aku hanya ingin
jikalau punya sahabat, tak akan kusia-siakan dia.
~TAMAT~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar